Sabtu, 31 Juli 2010

LAPORAN KKL II "UWMY" KETIDAK BERHASILAN KONSEP PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN TANPA ARSITEKTUR TRADISIONAL

KETIDAK BERHASILAN KONSEP PEMBANGUNAN TANPA ARSITEKTUR TRADISIONAL

Bilamana kita berbicara mengenai konsep, maka kita berbicara tentang arah, kebijakan, cara, metode, yang ditampilkan dalam mengembangkan sesuatu ide yang dikonsepsikan. Berkaitan dengan konsep pembangunan, setiap manusia atau kelompok dan sukubangsa mempunyai metode atau konsepnya masing-masing dan berbeda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang ada. Suatu kesalahan dalam konsepsi pembangunan yang seringkali ditemukan saat ini adalah, konsep pembangunan tanpa arsitektur lokal. Setiap suku bangsa di Papua mempunyai aliran atau gaya bangunan arsitekturalnya yang unik, akan tetapi seringkali ketika dalam konsep pembangunan, aliran arsitektur tradisional ini tidak diingat (terlupakan) atau tidak dimunculkan dalam proses pembangunan. Padahal ketika kita berbicara mengenai arsitektur tradisional, kita telah berbicara tentang suatu jatidiri, idealisme, citra, rasa, karya, karsa suatu bangsa karena arsitektur tradisional adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan berbagai segi kehidupan seperti; seni, teknik, ruang/tata ruang, religi.

Perkembangan konsep pembangunan daerah saat ini cenderung mengesampingkan gaya arsitektur lokal (setempat) yang bila dikembangkan, mampu mengangkat kebesaran nama suatu daerah yang akan dikenal dan berjaya. Misalnya arsitektur Joglo, arsitektur Honai, arsitektur colonial, arsitektur bizantum, arsitektur minang, arsitketur fengsui, arsitektur halit-mbol chalit, sudah ada di wilayahnya masing-masing sejak zaman keberadaan nenek moyangnya, dan berkembang bersama-sama dalam kehidupan mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga arsitektur tradiaionl menjadi terlupakan adalah:

1. pengaruh aliran arsitektur luar dengan gaya, estetika dan bentuk yang moderen.

2. keinginan pemilik bangunan rumah yang cenderung menginginkan bentuk arsitektur model aliran lain.

3. Pemerintah setempat tidak fasih dalam mengembangkan suatu konsep pembangunan dengan menggali kearifan lokal, sehingga arsitektur tradisional tidak dapat diperhatikan.

4. Tenaga perancang dan ahli-ahli arsitektur yang tidak jeli dalam mengangkat aliran arsitektur tradisional untuk menterjemahkannya dalam bentuk moderen, sehingga arsitektur lokal tetap tersembunyi/hanya dalam bayang-bayang tradisional saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar