Sabtu, 31 Juli 2010

LAPORAN KKL II "UWMY" PENGARUH IKLIM TERHADAP KENYAMANAN THERMAL RUMAH TINGGAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT

PENGARUH IKLIM TERHADAP KENYAMANAN THERMAL RUMAH TINGGAL SUKU MAYBRAT, IMIAN, SAWIAT.


Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta lingkungan dan budayanya telah dapat merespon terhadap pengaruh iklim tropis untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya sebagai berikut:

a. Pengaruh Sinar Matahari

Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan, maka dianjurkan untuk memakai pelindung dari atap dan dinding. Namun dari hasil analisis dengan menggunakan susunan path diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit bangunan dari sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya berfungsi dengan ketentuan bahwa setiap ruang yang ada harus diberi lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela. Sementara dindingnya dari bahan kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang sisi bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan rumah yang sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam 12.00 dan jam 14.00 nilai intensitas cahayanya berada diatas ambang persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini terjadi discomfort.

b. Pengaruh Temperatur Udara.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rentang temperatur yang terjadi pada rumah di daratan dan di peralihan, rata-rata tinggi. Sedangkan rumah perairan laut menunjukkan kondisi temperatur yang berkisar sedang ke rendah. Hal ini disebabkan karena dibidang daratan lebih panas dua kali lebih cepat dari pada bidang air pada luas yang sama, dan bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan. Disamping itu pola peletakan hunian diperalihan yang cenderung padat tidak teratur menjadi penghambat aliran angin untuk mencapai jendela/bukaan, sehingga perannya untuk menurunkan temperatur udara sangat kecil.

c. Pengaruh Hujan dan Kelembaban

Terhadap pengaruh hujan diatasi dengan pembentukan atap yang memadai. Hal ini tentunya untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap supaya tidak merembes masuk kedalam rumah, disampin untuk ditampung sebagai persediaan air bersih sehari-hari (khsus wilayah pesisir laut). Namun pada hunian perkampungan di Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya dibangun dengan bentuk atap pelana dengan sudut jatuh suram menutupi sebagian badan/dinding rumah sehingga pengaruh hempasan hujan untuk menembus dinding dapat terlindungi.

d. Pengaruh Pergerakan Udara

Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha menciptakan suatu nilai kenyamanan. Bila dilihat dari bentuknya maka perlu ditambahkan bukaan/jendela disetiap rumah hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga cukup memenuhi kriteria kenyamanan, karena dengan bukaan yang ada bisa memanfaatkan udara sebagai penghawaan alami. Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi yang tepat, belum seluruhnya tercapai pada setiap rumah pesisir untuk kecepatan angin 0,1m/det dengan arah angin miring terhadap lubang, bila bukaannya miring maka belum memenuhi persyaratan, untuk kegiatan keluarga. Hal ini disebabkan karena perletakannya berada pada daerah peralihan daratan dan perairan. Pergerakan udara didaerah peralihan daratan dan perairan ini diketahui rata-rata 2-3, 1 km/jam. Sedangkan untuk didaratan/pegunungan, pergerakan udara rata-rata 3,1 km/jam dan untuk diperairan laut rata-rata 5.3 km/jam. Kecepatan udara diperalihan relatif kecil karena pola perletakan huniannya cenderung pada dan tidak teratur, sehingga pergerakan udara terhalang ke bangunan.

e. Kenyamanan Thermal Rumah Halit

Kondisi udara yang dirasakan nyaan mempunyai kombinasi dan temperatur kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi tiap rumah Halit dalam sehari berada pada kondisi nyaman optimal menurut kekondisian hangat kondisi nyaman optimal pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disimpulkan berdasarkan pola perletakan hunian sebagai berikut.

· Untuk perletakan hunian di daratan gunung. Kondisi kenyamanan optimal rata-rata terjadi pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 – 16.00 sore beradadalam kondisi hangat.

· Untuk perletakan hunian di peralihan darat dan perairan laut. Kondisi nyaman optimal rata-rata hanya terjadi pada jam 01.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.

· Untuk perletakan hunian di perairan laut pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.

Kondisi kenyaanan didarat dan diperairan laut sebenarnya kurang lebih hampir sama. Hal ini disebabkan karena kelembaban di perairan laut lebih tinggi daripada didarat. Sedangkan rentang temperatur berlaku sebaliknya, sehingga kondisi yang ditunjukkan dalam diagram olgyay berada dalam kondisi tidak nyaman dan masih perlu ditoeransi dengan tambahan angin sekitar 0,5 – 1,5 m/det. Sedangkan untuk hunian yang berada di peralihan darat dan perairan laut masih membutuhkan tambahan angin sekitar 1,5-1,3 m/det.

B. USULAN KONSEP/REKOMENDASI

1. Budaya Appabolang sebagai pedoman untuk medirikan rumah halit-mbol chalit, bukan suatu aturan yang kaku, tetapi tetap berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan aspek-aspek perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis. Dengan demikian, selain aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan dan aspek sosial budaya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dapat sesuai dan diterima.

2. Terhadap iklim, disarankan:

a. Untuk mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna kemerahan (dapat merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng asbes untuk manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah berkarat, konstruksinya ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak perlu khawatir terhadap proses pembusukan seperti atap daun. Untuk mengurangi silau akibat pantulan air laut dan terang langit, dapat diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan untuk perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari disarankan adalah sepanjang 1,2 m – 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela dan kemiringan atap.

b. Perlu ada pemberian jarak pada bangunan untuk mendapatkan keteraturan tata letak bangunan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek pengaliran udara yang baik pada lorong-lorong antar rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang sangat tinggi. Pola tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk grid, supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha untuk mengendalikannya. Misalnya dengan penahan-penahan angin seperti defletor-defletor yang membelokkan arah angin menurut yang kita kehendaki dan bahkan dapat dimanfaatkan terutama untuk mengusir kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat untuk menjembatani antara tiupan angin kencang yang sering terjadi di pantai dan di lain pihak kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi yang dapat tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon palm, dan lain-lain sebagai klimatologi kontrol, juga dapat memberi nilai estetika.

c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang (rumah panggung) adalah suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi bila bediri diwilayah pesisir pantai dengan kondisi alam yang sangat keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini telah terbukti dapat mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila ditangani dengan cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tentunya untuk mendapatkan manfaat semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita tidak punah, bahkan akan menampilkan jati diri bagi perkembangan arsitektur di Indonesia.

d. Selain itu, untuk menghindari kelembaban dan memberikan kehangatan dalam ruang, dianjurkan untuk setiap bukaan-bukaan, overstek, ventilasi perlu dilapisi dengan senat (semacam anyaman dari kulit pelepah sagu). Karena menurut penelitian kami, senat mampu mengembalikan suhu yang hangat pada ruang thermal yang dingin dalam waktu ± 2 jam untuk ukuran bangunan 7-10 meter persegi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar